Siantar, Armedo.co – Quick Response Code Indonesian Standard atau QRIS, merupakan sesuatu yang tak asing lagi untuk pembayaran dan transaksi melalui digital. Dalam artian, transaksi tidak menggunakan uang tunai lagi.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Pematangsiantar, terus mendorong penggunaan QRIS di wilayah kerjanya yaitu Pematangsiantar, Simalungun, Batubara, Tanjung Balai, Asahan, Labuhanbatu, Labuhanbatu Utara dan Labuhanbatu Selatan, yang biasa disingkat Sisibataslabuhan.
Kepala KPw BI Pematangsiantar, Muqorobin saat temu media, menjelaskan informasi terkini untuk wilayah kerjanya. Di awal, ia menyampaikan kondisi ekonomi di Kota Pematangsiantar yang terkendali dan baik dengan deflasi -0,31 persen pada Juli 2024. Harapan bersama Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), kondisi ini bisa berlanjut sampai di akhir tahun.
KPw BI Pematangsiantar, juga turut mendorong UMKM agar terus berkembang, semakin tangguh. BI sendiri, banyak mengadakan kegiatan kegiatan untuk perkembangan UMKM. Contohnya saat ada event pameran di Jakarta, produk produk asal wilayah kerja KPw BI Pemangsiantar, salah satu paling diminati, sehingga transaksinya menguntungkan.
“Kita dorong agar UMKM selalu inovatif, kreatif untuk menghadapi persaingan. Dalam program transaksi digitalisasi, target QRIS di Sisibataslabuhan cukup menantang. Di akhir tahun, harapan kita transaksi QRIS diatas 3 juta transaksi. Dengan QRIS, transaksi itu lebih aman, cepat, efisien sehingga memang menjadi kebutuhan,” kata Muqorobin, Kamis (8/8/2024).
Dilanjutkan Muqorobin, bahwa KPw BI Pematangsiantar juga akan mengadakan Pekan QRIS Nasional (PQN) 2024 dengan slogan “Etah Pake QRIS” pada tanggal 12-18 Agustus 2024. Selama sepekan kegiatan, akan dilaksanakan sosialisasi, program spesial promo, lomba dan lainnya. “Kegiatan ini merupakan lanjutan dari event Jelajah QRIS Indonesia. Mohon dukungan agar kegiatan berjalan dengan baik,” tuturnya.
Anto Yulianto, Kepala Unit Data Statistik dan Kehumasan (UDSK) KPw BI Pematangsiantar, menerangkan detail detail perkembangan inflasi di Sisibataslabuhan. Baik di Kota Pematangsiantar maupun di Kabupaten Labuhanbatu, komoditas dengan andil deflasi terbesar yaitu Bawang Merah, Cabai Merah, Daging Ayam Ras.
Sedangkan komoditas dengan andil inflasi di Kota Pematangsiantar yakni Sigaret Kretek Mesin (SKM), Beras dan Biaya Sekolah Menengah Pertama. Di Kabupaten Labuhanbatu komoditas dengan andil inflasi di yakni Cabai Rawit, Seragam Sekolah Anak dan Beras.
“Ini yang kita fokuskan, agar komoditas beras, bawang merah, cabai agar harganya terjaga, stabil. Beberapa komoditas cenderung mengalami inflasi pada semester II dalam kurun waktu 2018 – 2023 dengan beras tercatat mengalami rata – rata andil tertinggi dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Selain itu, terdapat beberapa komoditas yang juga perlu diperhatikan pergerakan harganya pada semester II seperti minyak goreng, sigaret kretek mesin, bayam, dan kangkung. Di dalam TPID, inilah yang menjadi perhatian serius, apa yang menjadi strategi kedepan yang akan kita laksanakan untuk mendorong pengendalian inflasi,” sebut Anto.
Sementara itu, Yudha Wirawan, Deputi Kepala Perwakilan BI Pematangsiantar, memberikan materi mengenai kondisi transaksi menggunakan QRIS di wilayah kerja. Dalam pertumbuhannya, penggunaan QRIS di Sisibataslabuhan telah mencapai 231 Ribu merchant, kemudian terdapat 1,19 Juta transaksi dengan jumlah transaksi mencapai Rp 127,6 Milyar. Kondisi ini, naik dibandingkan dari tahun lalu.
“Di PQN nanti, serentak dilaksanakan di seluruh Indonesia. Acaranya seperti sosialisasi dan edukasi di beberapa wilayah kerja ke sekolah, kampus ataupun instansi ; showcase ; perlombaan serta onboarding merchant dan pengguna QRIS dan donor darah,” ujar Yudha. (Ndo)