Siantar, Armedo.co – DPC Persatuan Inteligensia Kristen Indonesia (PIKI) Kota Siantar siap bersinergi dan berkolaborasi dengan Pemerintah Kota (Pemko) Siantar. PIKI akan memberikan ide, masukan, dan saran demi kemajuan Kota Siantar di bawah kepemimpinan Wali Kota Wesly Silalahi.
Demikian disampaikan Ketua DPC PIKI Kota Siantar Basrin Aritama Nababan, saat bersilaturahmi dengan Wesly Silalahi di Balai Kota.
Basrin mengatakan, kedatangan dirinya bersama para pengurus DPC PIKI Kota Siantar untuk bersilaturahmi dengan Wesly. Selain itu, untuk mengundang Wesly agar menghadiri acara Diskusi Publik yang mereka gelar, bertajuk Kota Siantar Dahulu, Sekarang, dan di Masa Depan. Diskusi publik dilaksanakan di Gedung Serbaguna Pemko Siantar, Sabtu (24/05/2025) mulai pukul 10.00 WIB.
“Kami harap Pak Wali hadir untuk membuka acara dan memberikan arahan serta bimbingannya,” kata Basrin, seraya menambahkan pihaknya mengundang perwakilan gereja, mahasiswa, dan organisasi masyarakat untuk menghadiri kegiatan tersebut.
Ditambahkan Basrin, hasil dari diskusi publik akan dituangkan dalam tulisan, dan selanjutnya diserahkan kepada Wesly sebagai sumbangan pemikiran untuk kemajuan Kota Siantar.
“Dalam diskusi tersebut, kita merefleksikan bagaimana Kota Siantar dahulu, serta menggali potensi yang ada sekarang ini demi Kota Siantar ke depan,” sebut Basrin.
Wali Kota Siantar Wesly Silalahi memberikan apresiasi dan mengucapkan terima kasih atas kunjungan pengurus DPC PIKI Kota Siantar. Ia mempersilakan PIKI memberikan masukan, saran, atau ide untuk kemajuan Kota Siantar.
Terutama terhadap pembiaran yang selama ini terjadi. Seperti terbengkalainya Stadion Sang Naualuh dan Terminal Tanjung Pinggir. Juga maraknya terminal liar di inti Kota Siantar.
Wesly juga mengajak PIKI untuk memikirkan para pahlawan yang berasal dari Kota Siantar. “Monumen Sang Naualuh sudah berdiri. Mari kita pikirkan para pahlawan lainnya, seperti Adam Malik, Cornel Simanjuntak, dan juga TB Simatupang,” ajaknya.
Wesly menyebut Raja Sang Naualuh Damanik sebagai pahlawan dari Siantar. “Raja Sang Naualuh menolak menyerahkan kedaulatan kepada Pemerintah Belanda. Sehingga beliau diasingkan ke Bengkalis. Saya sudah berziarah ke makamnya. Juga melihat langsung bekas penjara Sang Naualuh yang masih dirawat oleh Pemkab Bengkalis,” tukasnya. (**)